2010년 11월 16일 화요일

hanya ini, pengingat di hati..

United we stand, divided we fall

Peribahasa lawas yang konon memberikan efek paling jitu dalam mempererat kebersamaan, jiwa saling menolong di bangsa Indonesia. Pengejawantahannya pun sempat diabadikan sebagai nama Kabinet di masa pemerintahan Megawati, “Kabinet Gotong royong”. Bergerak ke masa sekarang, saya pun teringat lagi akan pernyataan Presiden Obama di Public lecture di UI kemaren, yang mengatakan bahwa  Unity in diversity, yang secara lugas mengingatkan kita tentang ke-Bhinneka Tunggal Ika”-an kita yang sepertinya makin lama makin memudar. Seharusnya kita ga punya alasan untuk menjadi pesimis, sebaliknya kita, para generasi muda harus optimis dalam meraih sukses itu, menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar ditengah kemajemukannya.

Dan Gerakan  #onedayforindonesia ini adalah bukti nyata betapa kita yang berbeda-beda karakter, berbeda isi kepala, berbeda prioritas, dihadapkan pada satu kata mufakat :”bersatu untuk Indonesia”. Dan gerakan #onedayforindonesia ini memaksa kita untuk tak hanya sekedar ber-simpati tetapi ber-empati, memposisikan diri kita seperti saudara-saudara yang tertimpa musibah di Mentawai dan Merapi. Saya ceritalah dulu, bahwa beberapa hari setelah kejadian beruntun Tsunami di Mentawai dan Merapi di Yogyakarta, saat itu saya benar-benar di level yang paling down. Perasaannya adalah seperti kita sedang berprofesi sebagai ahli nujum lengkap dengan bola Kristal-nya. Saya memposisikan diri saya sebagai ahli nujum tadi dan menatap bola Kristal yang berpendar-pendar itu. Saya bisa menatap isi bola Kristal itu, merasakan atmosfir-nya, tetapi hanya berakhir dengan desahan :”ah, malang sekali.” Saya sempat terbawa emosi, nangis liat foto-foto yang di tweet-kan para pekicau di ruang maya itu, dan saya sepertinya tidak ingin hanya sebatas itu. Akhirnya saya ngajak teman-teman mahasiswa se-PKNU untuk nyisihin beberapa lembar won-nya, saat itu kami tidak berpikiran tentang berapa banyak dana yang kami bisa kumpulkan, kepada siapa disalurkan dan bagaimana system pengiriman. Yang terpikir saat itu adalah, kami harus berbuat, apapun itu, seberapa pun itu. Dan puji Tuhan kami berhasil menggalang dana saat itu hanya dalam hitungan jam kalau tidak salah.

Kemudian saat om boy dan mas Hilmy ngajakin bikin gerakan #onedayforindonesia ini, kembali saya menantang warga PKNU untuk ikut ambil bagian di gerakan amal ini. Mampukah kami mengemban amanat perikemanusiaan ini? pikir saya saat itu. Awalnya tak mudah ternyata, kami terbentur pada harapan tak seindah kenyataan. Sempat berada di persimpangan, di perbedaan pendapat, dan di betapa sulitnya menyatukan ritme jadwal kuliah dan tugas lab yang seakan tiada pernah selesai itu. Jujur, jika hanya saya dan beberapa orang saja yang terlibat, saya sedikit kuatir kami hanya mampu menjangkau sedikit komunitas saja. Akhirnya setelah berdamai dengan ego dan kepentingan, kami pun mampu meleburkan diri kami sebagai sebuah keluarga, berteduh di satu rumah yang dibangun berdasarkan keberagaman tadi. Kami pun mampu menyuarakan tentang Indonesia kepada orang-orang sekitar kami di PKNU, menjangkau lebih banyak lagi komunitas, memohon uluran tangan dan untaian doa bagi saudara-saudara kita yang berada dikesesakan saat ini.

#onedayforindonesia yang digawangi oleh #PKNUpeduli, akhirnya mampu mengumpulkan sedikit bantuan namun sarat makna buat kami. Ternyata kami bisa sangat kompak, sehati, sepikir, dan seperti saudara yang terikat tebal oleh tali kasih dan… taukah kalian, semangat ini masih menjalari hati saya dan teman-teman PKNU hingga dini hari ini. Saya berharap malam ini saudara-saudara yang sedang mengungsi bisa tertidur nyenyak, meyakinkan diri bahwa kalian disana tidak sendiri, ada banyak orang yang sedang mengirimkan kalian dukungan, menyebutkan kalian di lirihan doa malamnya dan seperti kami yang masih tersesaki perasaan haru yang menghangatkan rongga dada.

Terimakasih untuk dukungan dan semangat dari rekan-rekan dimanapun kalian berada, untuk warga PKNU kebanggaan saya, untuk Bu Lurah Perpika3, untuk para donatur yang telah memberikan cinta-nya melalui pesan-pesan kasih di secarik karton kuning, untuk kesediaannya merogoh kocek demi membantu sesama… semoga Tuhan yang membalas semua kebaikan hati kalian.

Hanya ini, pengingat di hati…..mungkin apa yang kita bisa lakukan saat ini semacam melipat kertas origami membentuk angsa kertas, analoginya seperti ini:

Angsa kertas.
Ini semacam do’a. Teruntuk kamu.
Akan kulipat sampai genap seribu.
Lalu kutukar dengan satu permintaan: 

 mendengar gelak tawamu.

Sesungguhnya dibalik kesulitan pasti ada kemudahan
-Cepat tersenyum lagi, Indonesa ku- Annisa


by ully

댓글 1개:

  1. Ruarr biasa!
    semoga saya bisa meniru keberanian dan kerja keras om boy dkk dalam waktu dekat..

    답글삭제